Rabu, 17 Februari 2016
penelitian kebijakan
PENELITIAN
KEBIJAKAN
A.
PENDAHULUAN
Seiring dengan
perkembangan zaman dan era globalisasi ini bahwa, tatanan kehidupan manusia
semakin melaju dengan pesatnya. Tatanan kehidupan modern memungkinkan munculnya
berbagai konsep penelitian yang bersinergi dengan berbagai gejala kehidupan
modern tersebut dengan serasi. Penelitian tersebut, dapat bermacam-macam sesuai
dengan keinginan dari para peneliti yang akan melakukan penelitian. Salah satunya
adalah penelitian kebijakan yang dapat disebut sebagai penelitian ilmiah karena
didukung dari berbagai teori yang ada.
Penelitian
kebijakan, termasuk ke dalam kelompok penelitian terapan atau didalam lingkup
penelitian sosial yang dalam aplikasinya mengikuti prosedur umum penelitian
yang berlaku, disertai dengan sifat spesifiknya. Secara sederhana penelitian
kebijakan dapat didefinisikan sebagai kegiatan penelitian yang dilakukan untuk
mendukung kebijakan. Oleh karena sifatnya mendukung kebijakan, maka penelitian
ini bersifat khas, namun tidak berarti mengada-ada. Ann Majchrzak (1984)
mendefinisikan penelitian kebijakan sebagai proses penyelenggaraan penelitian
untuk mendukung kebijakan atau analisis terhadap masalah-masalah sosial yang
bersifat fundamental secara teratur untuk membantu pengambil kebijakan
memecahkan dengan jalan menyediakan rekomendasi yang berorientasi pada tindakan
atau tingkah laku pragmatik. Oleh karena sifatnya berorientasi kepada tingkah
laku pragmatik, maka yang perlu dihasilkan oleh peneliti kebijakan adalah bukan
terletak pada hingga mana bobot ilmiah sebuah hasil penelitian, namun hingga
mana hasil penelitian punya aplikabilitas atau kemamputerapan dalam rangka
memecahkan masalah sosial.[1]
Oleh karena itu,
penelitian kebijakan berorientasi kepada fokus, maka pengkajian atau penelitian
mengenai rendahnya kualitas pendidikan, misalnya, akan dititik beratkan kepada
fokus mana kualitas guru, kualitas proses belajar mengajar dan sebagainya. Jika
penelitian kebijakan difokuskan kepada kualitas proses belajar mengajar,
misalnya, maka fokus kajian dapat menyangkut masalah yang luas, seperti: a) Intensitas
proses belajar siswa di kelas, b) Intensitas proses belajar siswa di luar kelas,
c) Kualitas guru dalam mengajar, d) Kualitas interaksi guru dengan siswa, e) Kualitas
interaksi guru dengan siswa kualitas jaringan-jaringan belajar, f) Kualitas
menu sajian dalam proses belajar mengajar, g) kualitas kegiatan ekstrakurikuler
yang mendukung kegiatan inti di lembaga pendidikan.[2]
Berdasarkan pengertian
diatas, dapat disimpulkan bahwa, penelitian kebijakan ini berfokus pada gejala
sosial, yang salah satunya adalah menyangkut tentang pendidikan bahkan pada pemerintahan
pun dikatakan sebagai gejala sosial. Dari gejala tersebut yang selalu muncul ke
permukaan pada era sekarang ini.
Makalah ini
membahas tentang Penelitian Kebijakan secara umum. Agar pembahasan tidak
melebar maka penyusun memberikan batasan-batasan sebagai berikut:
1. Pengertian Penelitian Kebijakan
2. Urgensi dan Fokus Penelitian Kebijakan
3. Karakteristik Penelitian Kebijakan.
4. Metode Penelitian Kebijakan.
B.
PEMBAHASAN
1.
Pengertian
Penelitian Kebijakan
Istilah lain
dari penelitian adalah riset. Riset berasal dari bahasa
inggris research, research yang berasal dari kata re
(kembali) dan search (mencari). Secara etimologi penelitian
berarti "mencari kembali" yaitu mencari fakta-fakta baru
yang kemudian dikembangkan menjadi sebuah teori untuk memperdalam dan
memperluas ilmu tertentu. Setiap ilmuwan baik eksakta maupun sosial dalam
melakukan penelitian harus didasari dengan adanya rasa
keingintahuan. Rasa ingin tahu itu dapat menimbulkan keinginan mereka
dalam melakukan penelitian untuk memperdalam dan memperluas ilmu yang ditekuni.[3]
Sedangkan menurut I Made Wiratha (2006:76), penelitian adalah sebagai kegiatan pengumpulan,
pengolahan, analisis dan penyajian data secara sistematis dan objektif untuk
memecahkan suatu persoalan atau menguji suatu hipotesis untuk mengembangkan
prinsip-prinsip umum.”
Kebijakan
merupakan terjemahan dari kata policy yang berasal dari bahasa Inggris. Kata
policy diartikan sebagai sebuah rencana kegiatan atau pernyataan mengenai
tujuan-tujuan, yang diajukan atau diadopsi oleh suatu pemerintahan, partai
politik, dan lain-lain. Kebijakan juga diartikan sebagai pernyataan-pernyataan
mengenai kontrak penjaminan atau pernyataan tertulis.[4]
Dengan demikian, kebijakan merupakan suatu ketetapan yang memuat
prinsip-prinsip untuk mengarahkan cara-cara bertindak yang dibuat secara
terencana dan konsisten dalam mencapai tujuan tertentu.
James E.
Anderson memberikan pengertian kebijakan sebagai serangkaian tindakan yang
mempunyai tujuan tertentu yang diikuti dan dilaksanakan oleh seorang pelaku
atau sekelompok pelaku guna memecahkan suatu masalah tertentu.[5]
Lebih jelas lagi, James E. Anderson menyatakan bahwa yang dimaksud kebijakan
adalah kebijakan yang dikembangkan oleh badan-badan dan pejabat-pejabat
pemerintah. Pengertian ini, menurutnya, berimplikasi: (1) bahwa kebijakan
selalu mempunyai tujuan tertentu atau merupakan tindakan yang berorientasi pada
tujuan, (2) bahwa kebijakan itu berisi tindakan-tindakan atau pola-pola
tindakan pejabat-pejabat pemerintah, (3) bahwa kebijakan merupakan apa yang
benar-benar dilakukan oleh pemerintah, (4) bahwa kebijakan bisa bersifat
positif dalam arti merupakan beberapa bentuk tindakan pemerintah mengenai suatu
masalah tertentu atau bersifat negatif dalam arti merupakan keputusan pejabat
pemerintah untuk tidak melakukan sesuatu, (5) bahwa kebijakan, dalam arti
positif, didasarkan pada peraturan perundang-undangan dan bersifat memaksa
(otoritatif).[6] Dalam
pengertian ini, James E. Anderson menyatakan bahwa kebijakan selalu terkait
dengan apa yang dilakukan atau tidak dilakukan oleh pemerintah. Kebijakan di
sini tidak dipersepsikan dari sudut pandang politik pemerintah, melainkan
kebijakan sebagai objek studi.
Dengan demikian, bahwa penelitian kebijakan merupakan salah satu dari
jenis penelitian deskriptif. Suharsimi Arikunto dalam bukunya Manajemen
Penelitian memberikan batasan pengertian tentang penelitian deskriptif, yaitu
Penelitian deskriptif tidak dimaksudkan untuk menguji hipotesis tertentu,
tetapi hanya menggambarkan “apa adanya” tentang sesuatu variable, gejala atau
keadaan. Memang ada kalanya dalam penelitian ingin juga membuktikan dugaan tetapi
tidak terlalu lazim. Yang umum adalah bahwa penelitian deskriptif tidak
dimaksudkan untuk menguji hipotesis.
Akan tetapi jika kita menyinggung kata penelitian maka hal ini akan
bersentuhan dengan sesuatu yang bernuansa ilmiah. Jadi dapat dinyatakan bahwa
penelitian kebijakan hadir untuk mengilmiahkan kebijakan atau menghasilkan
kebijakan yang dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah, dalam batas-batas
yang tidak berbenturan keras dengan political will atau lingkungan sosial
politik disuatu Negara.
2.
Urgensi Dan
Fokus Penelitian Kebijakan
Para perumus kebijakan merumuskan kebijakan atas dasar prioritas yang
paling urgen, khususnya yang berkenaan dengan pemecahan masalah sosial atau pun
masalah publik. Semakin kompleks dan luas tugas-tugas keorganisasiannya, maka
semakin banyak pula masalah yang dihadapi, sehingga tidak dapat dipecahkan
sendiri tanpa pendapat atau informasi yang memadai, baik kuantitatif maupun
kualitatif.
Kegiatan penelitian kebijakan diawali dengan pemahaman
yang menyeluruh terhadap masalah publik, seperti kekurangan nutrisi,
kemiskinan, ledakan penduduk, urbanisasi, inflasi, kerawanan sosial dan
lain-lain, dilanjutkan dengan pelaksanaan penelitian untuk mencari alternatif
pemecahan masalah. Kegiatan akhir dari penelitian kebijakan adalah merumuskan
rekomendasi pemecahan masalah untuk disampaikan kepada pembuat kebijakan.[7]
Tapi, kebanyakan hanya membuat kebijakan tanpa memberi solusi untuk dapat
mengatasi dari permasalahan dari kebijakan tersebut.
Sebagaimana yang dipaparkan Sudarwan Danim, Penelitian kebijakan (policy
research) secara spesifik ditujukan untuk membantu pembuat kebijakan
(policymaker) dalam menyusun rencana kebijakan, dengan jalan memberikan
pendapat atau informasi yang mereka perlukan untuk memecahkan masalah yang kita
hadapi sehari-hari. Dengan demikian, penelitian kebijakan merupakan rangkaian
aktifitas yang diawali dengan persiapan peneliti untuk mengadakan penelitian
atau kajian, pelaksanaan penelitian, dan diakhiri dengan penyusunan
rekomendasi.
Selain itu penelitian kebijakan juga dipersepsikan sebagai:
a.
Basic social
research; yakni penelitian kebijakan harus dilaksanakan secara
sesuai prosedur kerja ilmiah.
b.
Technical social
researh; yakni bahwa penelitian kebijakan harus mampu merumuskan
kebijakan-kebijakan strategis yang dapat dikembangkan instrumen-instrumen
teknisnya.
c.
Policy research harus
menghasilkan kebijakan publik.
Komprehensif yakni penelitian kebijakan harus menjangkau seluruh variabel
yang terkait dan relevan dengan persoalan yang sedang dikaji untuk dirumuskan
kebijakan penyelesaiannya.
Berdasarkan paparan di atas dapat dinyatakan bahwa penelitian kebijakan
harus dipersepsi dari sisi kemanfaatannya. Walaupun sebuah penelitian
semestinya bernuansa ilmiah, namun penelitian kebijakan kiranya belum perlu
dipersepsikan sebagai kajian ilmiah atau tidak, melainkan harus dilihat dari
kemanfaatannya bagi pemecahan masalah sosial atau masalah publik. Tentu saja
jika rekomendasai yang dihasilkan oleh peneliti kebijakan dapat
diimplementasikan oleh pembuat kebijakan dan dapat dirasakan manfaatnya oleh
masyarakat luas.
Penelitian kebijakan memiliki sifat yang sangat khas. Kekhasan penelitian
ini terletak pada fokusnya. Sudarwan Danim menjelaskan fokus penelitian
kebijakan secara umum adalah: berorientasi kepada tindakan untuk memecahkan
masalah sosial yang unik, yang jika tidak dipecahkan akan memberi efek negatif
yang sangat luas. Tidak ada ukuran pasti mengenai luas atau sempitnya suatu
masalah sosial. Sebagai contoh tentang analisis kebijakan yaitu, rendahnya
kualitas pendidikan dapat dipersepsi dari banyak sisi yang menyebabkan
rendahnya kualitas itu, seperti: Kualitas guru, Kualitas proses belajar
mengajar, Kualitas kurikulum, Ketersediaan sarana dan prasarana pendidikan
serta sumber belajar, Kualitas raw input lembaga pendidikan, Kondisi lingkungan
sosial budaya dan ekonomi.
Oleh karena penelitian kebijakan berorientasi kepada fokus, maka
pengkajian atau penelitian mengenai rendahnya kualitas pendidikan, misalnya,
akan dititikberatkan kepada fokus mana kualitas guru, kualitas proses belajar
mengajar dan sebagainya. Jika penelitian kebijakan difokuskan kepada kualitas
proses belajar mengajar, misalnya, maka fokus kajian dapat menyangkut masalah
yang luas, seperti: Intensitas proses belajar siswa di kelas, Intensitas proses
belajar siswa di luar kelas, Kualitas guru dalam mengajar, Kualitas interaksi
guru dengan siswa, Kualitas jaringan-jaringan belajar, Kualitas menu sajian
dalam proses belajar mengajar, Kualitas kegiatan ekstrakurikuler yang mendukung
kegiatan inti di lembaga pendidikan.[8]
Akan tetapi jika penelitian kebijakan dikhususkan dalam dunia pendidikan,
maka James H.Mc Millan berpendapat bahwa fokus penelitian kebijakan adalah Policy
analyses focus on (1) policy formulation, especially deciding which educational
problems to address; (2) implementations of programs to carry out policies; (3)
policy revision; and (4) evaluation of policy effectiveness and/or efficiency.
A program can be analyzed as separate from a policy or it can be defined as a
specific means adopted for carrying out a policy.
Dari dua kutipan di atas dapat disimpulkan bahwa fokus penelitian
kebijakan pada dasarnya adalah beorientasi pada solusi dari permasalahan yang
muncul akibat diterapkannya sebuah kebijakan.
3.
Karakteristik
Penelitian Kebijakan
Setiap jenis penelitian tentu memiliki karakteristik masing-masing.
Demikian juga dengan penelitian kebijakan. Kekhususan karakteristik penelitian
kebijakan terutama pada proses kerjanya. Menurut Ann Majchrzak sebagaimana yang
dikutip Sudarwan Danim dalam bukunya Pengantar Studi Penelitian Kebijakan,
karakteristik penelitian kebijakan adalah sebagai berikut:
a. Fokus penelitian bersifat multidimensional atau banyak
dimensi
Maksudnya yang dalam terminology
penelitian tradisional sering disebut pendekatan antar lintas bidang. Kebijakan
public secara tipikal dimaksud untuk memecahkan masalah-masalah sosial yang
kompleks yang munculnya disebabkan banyak dimensi faktor, efek dan peristiwa.
Sebagai contoh mobilitas pembangunan sekolah dasar inpres tidak dapat di pelajari
dari satu sisi saja misalnya, dari sisi calon siswa mobilitas ini harus dikaji
dari banyak focus, seperti : Calon siswa dan penyebarannya, Sarana
transportasi, Keamanan, Kesehatan dan kenyamaan (dilihat dari segi bahaya
becana alam, pencemaran, dll.), Jumlah kebutuhan guru dan persyaratannya,
Sarana pendukung lain seperti sarana kesehatan dan olahraga serta sarana
ibadah, Tempat hunian guru dari luar daerah.[9] Fokus
multidimensional ini sangat bermanfaat bagi pengkajian terhadap masalah yang
kompleks. Artinya, masalah-masalah sosial yang kompleks itu dipersepsi dari banyak
sisi.
b. Orientasi penelitian bersifat empiris-induktif
Maksudnya penelitian ini diawali dengan
pemahaman terhadap masalah-masalah sosial dan usaha-usaha empiris untuk
menyusun konsep dari teori-teori kausal sebagai kajian dari perkembangan
masalah-masalah sosial. Alasan induktif adalah cara berfikir untuk memberi
alasan yang dimulai dengan pernyataan-pernyataan efektif yang spesifik untuyk
menyusun suatu argumentasi yang bersifat umum. Alasan secara induktif banyak
digunakan untuk menjajaki aturan-aturan alamiah dari suatu fenomena misalnya
dari pengamatan bahwa ikan ada mulut, kodok ada mulut, kuda ada mulut, burung
ada mulut maka ditarik kesimpulan binatang ada mulut.
c. Berfokus pada variabel-variabel Lunak
Maksudnya untuk mewujudkan penelitian
kebijakan yang benar-benar menghasilkan orientasi tindakan dan
rekomendasi-rekomendasi yang dapat implementasikan, penelitian harus terfokus pada
aspek-aspek masalah sosial yang terbuka untuk mempengaruhi dan menginterprensi.
Variabel-variabel yang terbuka untuk mempengaruhi dan menginterfrensi disebut
variabel lunak. Tidak ada cara yang pasti untuk menentukan apakah sebuah
variabel tentu bersifat lunak atau tidak. Cara yang paling mungkin adalah
dengan Tendensi focus primernya. contohnya penelitian kebijakan tentang
mobilitas pembangunan pemukiman mempunyai tendensi focus primer kepindahan
segera atau alasan-alasan mengapa keluarga memutuskan untuk pindah. Penelitian
kebijakan yang berfokus pada variabel-variabel lunak memberikan sumbangan yang
lebih besar bagi dihasilkannya produk penelitian yang berguna dan rekomendasi-rekomendasi
yang dapat di implementasikan, kerja penelitian kebijakan hanyalah pekerjaan
yang sia-sia.
d. Berorientasi kepada Pemakai Hasil Studi
Penelitian kebijakan dimaksudkan untuk
merespon kebutuhan calon pemakai hasil studi. Karakteristik kritis penelitian
kebijakan adalah mengidentifikasi dan mengenal calon pemakai hasil studi (study
user), hal ini merupakan fase tersendiri dalam keseluruhan proses kerja
penelitian kebijakan. Pemakai hasil studi kebijakan banyak dan bervariasi, bisa
dalam bentuk individu/kelompok dan bisa juga dalam bentuk lembaga/organisasi.
Oleh karena itu, beberapa hal yang harus di identifikasi atau dikenal oleh
peneliti kebijakan berkenaan dengan study user adalah : a) Status lembaga
pemakai, b) Peran yang ditampilkan oleh lembaga pemakai, c) Harapan-harapan
lembaga pemakai mengenai hasil akhir studi (biasanya diketahui melalui diskusi
awal untuk merumuskan masalah penelitian, d) Karektiristik individu/kelompok
pemakai, Kepribadian dan asumsi-asumsi individu/kelompok pemakai, Disposisi kebutuhan
individu/kelompok pemakai, e) Mensyaratkan Kerja Sama.[10]
Berdasarkan paparan diatas, maka langkah-langkah penelitian kebijakan
menurut Ann Mjchrzak (1984), bahwa lima langkah penelitian kebijakan sebagai
berikut: a) Persiapan, b) Konseptualisasi studi, c) Analisis teknikal, d) Perumusan
rekomendasi, e) Mengkomunikasikan hasil studi.
Kelima langkah ini sangat esensial dalam usaha mewujudkan penelitian
kebijakan yang berhasil. Informasi yang diperlukan untuk persiapan studi,
berupa kondisi lingkungan sosio-politik harus diidentifikasi, demikian juga
masalah-masalah sosial lokal yang bersifat khas. Pendekatan harus dirancang
secara baik, rekomendasi yang dibuat harus dianalisis ulang untuk kemungkinan
dimodifikasi, hasil penelitian harus dikomunukasikan secara tepat. Dan dapat
dinyatakan bahwa nilai special karakteristik penelitian kebijakan adalah pada
penekanan-penekanan khusus dari masing-masing karakteristik tersebut serta
kepaduannya.
4.
Metode
Penelitian Kebijakan
Pada dasarnya penelitian kebijakan merupakan penawaran kompromi, terutama
antara peneliti dengan klien atau stakeholder. Menurut Coleman sebagaimana yang
dikutip Sudarwan Danim dalam bukunya Pengantar Studi Penelitian Kebijakan bahwa
dikarenakan penelitian kebijakan beroperasi pada batas metodologi penelitian
pada umumnya (terutama penelitian ilmu-ilmu sosial), maka tidak ada metodologi
tunggal, metodologi yang komprehensif untuk melaksanakan analisis teknikal dari
penelitian kebijakan.
Masih bersumber dari buku yang sama, Sudarwan Danim menyatakan bahwa ada
beberapa metode penelitian kebijakan, yaitu: Sintesis terfokus, Analisis data
sekunder, Eksperimen lapangan, Metode kualitatif, Metode Survei, Penelitian
kasus, Analisis biaya-keuntungan, Analisis keefektifan biaya, Analisis
kombinasi, Penelitian tindakan dan Metode Sintesis Terfokus.
Dengan demikian, metode penelitian kebijakan, dapat dijelaskan sebagai
berikut:
a.
Metode Analisis
Data Sekunder
James H.Mc
Millan memaparkan bahwa metode analisis data sekunder ialah Secondary
analysis is the analysis and reanalysis of existing databases. However, the
policy questions or decision models that guide the reanalysis differ from the traditional research question
in a meta-analysis study. Rather than examining the databases to determine the
state of knowledge about the effect size of a single educational practice, the
policy analysis generates different policy models and questions from which to
examine the databases.
Kutipan di atas
jika diterjemahkan secara bebas maka analisis sekunder adalah analisis dan
reanalisis database yang ada. Namun, pertanyaan kebijakan atau keputusan yang
memandu reanalisis model lain dari pertanyaan penelitian tradisional dalam
studi meta-analisis. Alih-alih memeriksa database untuk menentukan keadaan
pengetahuan tentang ukuran pengaruh praktik pendidikan tunggal, analisis kebijakan
menghasilkan model kebijakan yang berbeda dan pertanyaan-pertanyaan berdasarkan
database untuk memeriksa database.
Selain itu
Sudarman Danim juga menyatakan bahwa Metode analisis data sekunder sebegitu
jauh dikatakan sebagai metode yang dilihat dari dimensi biaya paling efisien.
Tujuannya adalah untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan penelitian kebijakan.
Tidak terdapat ketentuan pasti mengenai pada jenjang mana data tersebut
dikatakan sebagai data sekunder. Untuk memudahkan pemahaman mengenai perbedaan
antara data primer dengan data sekunder dapat dijelaskan, bahwa setiap data
yang bukan diperoleh dari sumber utamanya disebut dengan data sekunder.
Dari dua kutipan
di atas dapat disimpulkan bahwa metode analisis data sekunder hanya mungkin
dilakukan jika data dasar yang diinginkan diperoleh secara mencukupi. Apabila
tidak mencukupi maka perlu membangun data dasar baru (new database) yang
diseleksi dari kombinasi data dasar yang berbeda. Jika data dasar tidak
tersedia, peneliti harus memakai metode lain.
b.
Metode
Eksperimen Lapangan
Metode
Eksperimen Lapangan yaitu Field experiments and quasi-experiments
investigate the effect or change as a result of policy implementation. Because
experimental approaches attempt to explain existing educational conditions, the
result may not be useful in projecting into the future. Policy conditions may
be so dynamic that the result are confined to that particular period of
implementation.
Berdasarkan
kutipan di atas dapat dinyatakan bahwa tujuan metode ini adalah untuk
menyelidiki kemungkinan hubungan sebab akibat dengan cara pengeksposan satu
atau lebih kelompok eksperimental dan satu atau lebih kondisi perlakuan dan
membandingkan hasilnya dengan satu atau lebih kelompok kontrol yang tidak
dikenai kondisi perlakuan.
c.
Metode
Kualitatif
Beberapa bentuk
metode kualitatif yang digunakan untuk mencari data primer dalam penelitian ini
antara lain wawancara, observasi dan kelompok terfokus. Kelompok terfokus ialah
salah satu jenis teknik yang dapat dipakai, dimana individu dicari secara
terseleksi dalam kelompok dan diarahkan kepada diskusi yang terfokuskan pada
topik pra spesifik. Kelompok semacam ini sangat baik untuk membangun isu dan
menjejaki faktor-faktor potensial sebagai penyebab suatu peristiwa.
Aplikasi metode
kualitatif dalam penelitian kebijakan dilakukan dengan menempuh langkah-langkah
sebagai berikut:
1)
Merumuskan
masalah sebagai fokus studi penelitian kebijakan.
2)
Mengumpulkan
data lapangan.
3)
Menganalisis
data.
4)
Merumuskan hasil
studi.
5)
Menyusun
rekomendaasi untuk pembuatan kebijakan.
6)
Metode Survai
Secara umum
aplikasi metode survai dalam penelitian kebijakan menempuh langkah-langkah
sebagai berikut:
1)
Perencanaan dan
perancangan survai.
2)
Memilih subject.
3)
Menyusun
instrument.
4)
Menentukan
prosedur pengumpulan data.
5)
Melatih
pewawancara atau pengumpul data.
6)
Pengumpulan
data.
7)
Pengolahan dan
analisis data.
8)
Penyusunan
laporan dan rekomendasi hasil peneltian untuk pembuatan kebijakan.
9)
Penelitian Kasus
Penelitian atau
studi kasus seringkali digunakan dalam metode penelitian kebijakan sebagai
studi yang cepat, biaya efisien dan ada ruang yang memungkinkan untuk mendalami
sebuah situasi. Beberapa langkah-langkah studi kasus dalam konteks penelitian
kebijakan adalah sebagai berikut:
1)
Merumuskan tujuan
penelitian yang ingin dicapai
2)
Menentukan atau
merancang pendekatan yang akan digunakan.
3)
Mengumpulkan
data yang relevan.
4)
Menganalisis
data.
5)
Membuat laporan
dan rekomendasi hasil penelitian.
6)
Analisis Biaya
Keuntungan
Analisis biaya
keuntungan me-refer kepada set metode dimana peneliti kebijakan membandingkan
biaya (cost) dengan keuntungan (benefit) yang akan diperoleh oleh
masyarakat berdasarkan alternatif pilihan kebijakan. Dalam makna yang lebih
luas, analisis biaya-keuntungan untuk aplikasi sebuah kebijakan dapat dilihat
dari dua sisi. Pertama, keuntungan jangka pendek dari biaya yang
diinvestasikan. Kedua, keuntungan jangka panjang dari biaya yang
diinvestasikan.
d.
Analisis
Keefektifan Biaya.
Dalam metode ini
Sudarwan Danim dalam bukunya Pengantar Studi Penelitian Kebijakan menyatakan
Dalam analisis keefektifan biaya, biaya moneter pilihan kebijakan dapat
dihitung. Bagaimanapun keuntungan dari kebijakan dapat dituangkan dalam
terminologi biaya aktualnya atau hasil yang diharapkan. Analisis semacam ini
relative sangat mudah dilakukan, oleh karena yang dihitung adalah biaya yang
paling fisibel, dalam arti tidak berlebihan dan tidak pula terlalu kecil.
Berdasarkan
kutipan di atas metode ini bertujuan untuk mempertimbangkan tuntutan pembiayaan
yang menjadi dasar dalam menentukan kebijakan oleh pembuat kebijakan.
e.
Analisis
Kombinasi
Kombinasi
analisis biaya keuntungan dengan analisis keefektifan biaya dipandang cocok
bagi usaha untuk merumuskan kebijakan, mengingat pada kedua analisis tersebut
dimensi biaya dinilai dari variable sejenis.
Menurut Sudarwan
Danim, ada tiga jenis variable biaya, yaitu:
1)
Biaya-biaya
langsung, seperti untuk keperluan personalia dan fasilitas fisik.
2)
Biaya-biaya
tidak langsung.
3)
Biaya-biaya
oportunitas, seperti apa yang akan dicapai jika sumber-sumber digunakan secara
berbeda.
Menganalisi
biaya dari sudut keefektifanya relatif mudah dilakukan, namun untuk
menganalisis variasi biaya yang muncul sebagai dampak kebijakan itu tidak
jarang sangat sulit. Disinilah diperlukannya peranan para peneliti dari sebuah
kebijakan melalui penelitian kebijakan.
f.
Penelitian
Tindakan.
Pada dasarnya
penelitian tindakan bertujuan untuk mengembangkan keterampilan-keterampilan
atau pendekatan-pendekatan baru dan untuk memecahkan masalah-masalah social
dengan aplikasi langsung di ruangan atau pada situasi dunia kerja. Sedangkan
relevansinya dengan penelitian kebijakan adalah Bahwa penelitian tindakan (action
research) mengkombinasikan dua sisi secara langsung, yaitu sisi penelitian
yang dilakukan oleh peneliti dan sisi kebijakan atau tindakan yang dilakukan
oleh klien atau pembuat kebijakan untuk mencapai tujuan tertentu berupa
ketrampilan prakits dan pendekatan baru yang relevan bagi perbaikan atau
pengembangan tatanan sosial.
Dari kutipan
diatas dapat dinyatakan bahwa ada titik temu antara penelitian tindakan dengan
penelitian kebijakan, meskipun tidak dapat dikatakan identik.
Beberapa titik
temunya adalah: Pada tahap perumusan masalah, baik pada penelitian tindakan
maupun pada penelitian kebijakan, kerja sama antara peneliti dengan pembuat
kebijakan mutlak diperlukan. Kedua jenis penelitian ini sama-sama bersifat
empiris dan lemah ketertiban ilmiahnya, sama-sama berpijak pada acuan teoretis
yang tajam. Sebagai salah satu metode dalam penelitian kebijakan, penelitian
tindakan harus diakhiri dengan rekomendasi yang aplikatif bagi pembuat
kebijakan untuk memecahkan masalah sosial.
g.
Out Line Naskah
Kebijakan (Policy Paper)
Ada tiga jenis
naskah kebijakan, yaitu: penelitian kebijakan (policy study), ringkasan
kebijakan (policy brief) dan memo kebijakan (policy memo). Secara
struktural naskah kebijakan ini memiliki elemen-elemen naskah (out line) yang
sama, yaitu:
1)
Judul
2)
Daftar Isi
3)
Abstrak atau
Executive Summary
4)
Pendahuluan
5)
Deskripsi Masalah
6)
Pilihan-pilihan
Kebijakan
7)
Kesimpulan dan
Rekomendasi
8)
Catatan Akhir.
9)
Apendik/Lampiran
10)Bibliography.
C.
Penutup
1. Kesimpulan
Adapun kesimpulan yang dapat diambil adalah:
Penelitian
kebijakan adalah termasuk ke dalam kelompok penelitian terapan atau didalam
lingkup penelitian sosial yang dalam aplikasinya mengikuti prosedur umum
penelitian yang berlaku, disertai dengan sifat spesifiknya. Secara sederhana
penelitian kebijakan dapat didefinisikan sebagai kegiatan penelitian yang
dilakukan untuk mendukung kebijakan.
Urgensi dari penelitian kebijakan ini berkenaan dengan pemecahan masalah
sosial atau pun masalah publik. Semakin kompleks dan luas tugas-tugas
keorganisasiannya, maka semakin banyak pula masalah yang dihadapi, sehingga
tidak dapat dipecahkan sendiri tanpa pendapat atau informasi yang memadai, baik
kuantitatif maupun kualitatif.
Karakteristik Penelitian Kebijakan adalah Fokus penelitian bersifat
multidimensional atau banyak dimensi, Orientasi penelitian bersifat
empiris-induktif, Berfokus pada variabel-variabel Lunak, Berorientasi kepada
Pemakai Hasil Studi, Metode Penelitian Kebijakan, Metode Analisis Data
Sekunder, Metode Eksperimen Lapangan, Metode Kualitatif.
DAFTAR PUSTAKA
Edi Suharto, Analisis Kebijakan Publik,
(Bandung, Alfabeta, 2008)
Edi Suharto, Kebijakan Sosial Sebagai
Kebijakan Publik, (Bandung, Alfabeta, 2007)
James H.Mc Millan and Sally Schumacher,
Research in Education, (United States; Long Man Inc. 2001)
Sudarwan Danim, Pengantar Studi
Penelitian Kebijakan, (Jakarta, Bumi Aksara, 2005)
Suharsimi Arikunto, Manajemen
Penelitian, (Jakarta, Rineka Cipta, 2009)
http://ilmumetodepenelitian.blogspot.com/2009/11/penelitian-kebijakan.html,
diakses tanggal: 11 September 2015.
http://dokumen.tips/documents/karakteristik-studi-penelitian-kebijakan.html
http://www.seputarpengetahuan.com/2014/12/8-pengertian-penelitian-menurutpara.html
[2] Ibid
[4] AS
Hornby, Oxford Advanced Learner’s Dictionary of Current English, (Oxford:
Oxford University Press, 1995), cet. ke-5, h. 893.
[5] James E. Anderson, Public Policy Making, (New York: Holt, Rinehart
and Winston, 1984), cet. ke-3, h. 3.
[6]
James, Public Policy Making, h. 3-5.
[7]
http://mehas3paudunj2010.blogspot.co.id/2011/01/studi-penelitian-kebijakan.html
[8]
http://mehas3paudunj2010.blogspot.co.id/2011/01/studi-penelitian-kebijakan.html
[9]
http://dokumen.tips/documents/karakteristik-studi-penelitian-kebijakan.html
[10]
http://dokumen.tips/documents/karakteristik-studi-penelitian-kebijakan.html
Langganan:
Postingan (Atom)